Di hari ke-4 ini kami ada janji dengan seorang teman suami yang bekerja di Korea. Kami janji bertemu di Insadong. Acara temu kangen ini kami manfaatkan untuk sekali lagi menikmati keindahan Insadong. Apalagi teman kami bisa berbahasa Korea jadi memudahkan kami bila ingin membeli sesuatu. Dia juga memberi kami banyak pengetahuan tentang Korea yang belum kami tahu sebelumnya. Sepanjang perjalanan juga saya belajar beberapa bahasa Korea dengannya, tapi sayangnya cepat sekali menguap, ah susah sekali menghafalnya, hehe….yang aku bisa hanya sapaan dan ucapan terima kasih saja.
Perjalanan selanjutnya ke Itaewon. Saat ini kami ber-4 ke Itaewon. Perjalanan dengan subway ke Itaewon dari Insadong harus berganti satu kali jalur kereta, lumayan jauh. Sesampainya di Itaewon yang pertama saya rasakan lebih banyak orang asing di sini. Mumpung ada teman kami, kami ingin makan daging khas Korea. Selama ini kami agak takut tiap kali mau makan daging, takut daging babi. Akhirnya keturutan juga makan daging seperti di drama-drama Korea di sebuah restoran dekat 7-eleven. Rasanya nendang banget ditambah lagi berbagai hidangan pelengkap yang menyertai makanan utama banyak sekali.
Setelah makan siang tujuan kami selanjutnya menemukan masjid Itaewon. Langkah pertama kami ke information center yang ada di dekat restoran, letaknya di pinggir jalan jadi kita akan dengan mudah menemuinya. Seperti biasa kami di beri peta dan dijelaskan letaknya. Ada juga pemandu wisata bertopi koboi merah dengan kaos merah juga seperti yang kami temui di Bukchon Hanok Village. Ternyata agak susah menemukan masjid Itaewon ini. Kami harus Tanya ke beberapa orang. Yang terakhir kami bertemu dengan orang-orang kulit hitam yang mengajak kami untuk jalan bersama ke masjid.
Saat jalan ke masjid, kami melewati tempat yang menurutku dengan nama aneh. Di beberapa tempat terpampang nama yang sama. Ternyata teman kami yang bisa baca tulisan Korea menjelaskan bahwa itu tempat prostitusi. Dia menunjukkan sebuah tulisan yang tertera di pintu masuk yang tentunya kami hanya tau huruf 19 saja. Tulisannya, hanya 19 tahun ke atas yang boleh masuk. Ouch….
Di area dekat masjid kami baru menemui suasana Islamnya. Ada toko daging yang menjual daging halal dan beberapa mini market yang penjaganya orang timur tengah. Ada juga beberapa toko yang menjual perlengkapan muslim. Di sini kami baru bisa menemui mie halal produk Indonesia. Kami juga menemui beberapa orang Pakistan dan India berkerudung.
Sampailah kami di Masjid Itaewon. Masjid yang terletak di tengah-tengan permukiman padat penduduk. Banyak juga turis lokal yang berkunjung ke masjid sekedar untuk melihat-lihat dan berfoto-foto. Mereka memakai kain syal untuk menutupi rambut mereka.
Menurut informasi yang kami dapat, masjid ini merupakan masjid pertama yang didirikan di Korea. Dengan luas kurang lebih 5000 meter persegi mesjid ini resmi didirikan pada tahun 1974 dengan dihadiri 55 perwakilan dari 20 negara.
Mengintip arsitektur bangunan masjid yang megah dan memiliki beberapa ruangan seperti lantai pertama dari rumah masjid ruang pertemuan dan kantor dari Korea Muslim Federation, di lantai kedua adalah musola pria (ruang doa) seluas 427 meter persegi, dan di lantai ketiga adalah musola perempuan (ruang doa). Di tempat ini juga dibangun sebuah madrasah yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan Islam bagi anak-anak, Pusat Penelitian Kebudayaan Islam dan Organisasi Islam lainnya.