Tiba di KLIA 2
Kami sampai di bandara KLIA 2 tengah malam. Setelah melewati perjalanan panjang di bandara akhirnya kami meluncur dengan taxi menuju Bukit Bintang,Kuala Lumpur tempat kami memesan hotel sebelumnya. Perjalanan dari bandara ke hotel terasa jauh, kira-kira satu jam-an. Sampai di Bukit Bintang sudah lewat tengah malam, tapi apa yang kami alami, macet, ya! Kawasan di tempat itu semakin malam semakin ramai pengunjung dan hotel kami ada di tengah-tengah keramaian itu.
Sarapan di Bukit Bintang
Pagi hari kami memulai perjalanan agak awal karena kami hanya punya waktu satu hari untuk jalan-jalan di sini. Setelah kami keluar, kami baru sadar di samping hotel kami terpampang gambar sangat besar pertunjukan penari perut. Oh, ternyata itu bar, makanya semalam samar-samar terdengar bunyi jedak jeduk musik sampai dini hari.
Pizza Timur Tengah
Kami lanjutkan mencari tempat sarapan disekitar mall. Masih terlalu pagi, mall belum ada yang buka tapi sudah banyak pejalan kaki berlalu lalang. Kami memilih tempat makan bergaya timur tengah. Tak salah tempat ini menjadi destinasi wisata favorit orang-orang Timur Tengah. Sejauh kaki melangkah yang saya temui restoran bergaya timur tengah dan banyak pula wisatawan timur tengah di sekitar tempat ini. Makanan yang kami pesan pun unik juga, pizza rasa Timur Tengah dengan toping daging kambing, wow, beda sekali dengan pizza yang biasa kami makan, hehe..
Wisata Religi di Masjid Jamek
Usai sarapan, perjalanan kami lanjutkan dengan monorail ke masjid Jamek. Awalnya kami agak bingung dengan rute kereta di sini. Mungkin karena kami tidak siap peta seperti waktu kami di Korea. Setelah bertanya pada petugas akhirnya ngerti juga jalur kereta ke masjid Jamek.
Masjid Jamek
Masjid Jamek dilihat seberang sungai
Masjid Jamek terletak di dekat stasiun monorail sehingga mudah untuk dilihat. Begitu keluar dari stasiun akan langsung terlihat bangunan masjid, dan hanya butuh jalan kaki sebentar untuk sampai di sana. Masjid Jamek merupakan masjid tua bersejarah di Kuala Lumpur. Masjid yang dibangun pertama tahun 1909 menjadi saksi sejarah penyebaran agama islam oleh pedagang-pedagang dari India pada masa itu. Arsitektur bangunan masjid Jamek India Utara tradisional masih sangat kental terlihat dari gabungan unsur Moor dan Mughal. Seiring berkembangnya pembangunan kota, masjid ini semakin tersaingi dengan bangunan-bangunan tinggi di kanan kirinya yang semakin menutup keindahan sejati masjid.
Menelusur Sejarah di Dataran Merdeka
Dari masjid Jamek, perjalanan selanjutnya ke Dataran Merdeka. Dataran Merdeka merupakan destinasi wisata sejarah khususnya bangunan-bangunan tua. Mulai dari Old Seassond and Magistrates Court Building yang di bangun tahun 1910, dulunya berfungsi sebagai kantor Survey FMS.
Lanjut berjalan, tidak jauh dari situ ada City Theater, bangunan teater tua yang dibangun tahun 1904, yang pada awalnya digunakan sebagai City Hall. Pada tahun 1992 bangunan ini pernah mengalami kebakaran. Sayangnya saat kami melewati bagian samping bangunan pemandangan orang tidur-tiduran di bagian samping bangunan membuat tampak kumuh. Sedangkan kondisi di bagian depan bangunan ada seorang penjaga yang berjaga. Kami memutuskan untuk tidak masuk, hanya berfoto-foto dan lanjutkan jalan kaki.
Selanjutnya ada bangunan Old High Court Building, bangunan tua yang dibangun tahun 1915 yang dahulunya berfungsi sebagai Pengadilan Tinggi. Saat ini, bangunan ini digunakan oleh kementrian Informasi, Komunikasi, dan Budaya.
Lanjut jalan lagi, terlihat bangunan dengan jam besar yaitu bangunan Sultan Abdul Samad Building. Bangunan ini merupakan bangunan terbesar pada masanya. Awal dibangun sebagai Kantor Pemerintahan Baru. Pada tower di bagian tengah bangunan terdapat jam besar yang pertamakali berbunyi pada saat parade ulang tahun Ratu Victoria di tahun 1897.
Di depan tak jauh dari bangunan Sultan Abdul Samad Building terdapat satu lapangan luas yang berdiri satu tiang bendera yang tinggi. Inilah yang dinamakan Dataran Merdeka. Letaknya diantara Royal Selangor Club dan Gedung Sultan Abdul Samad. Tiang bendera ini memiliki tinggi 100 meter dan termasuk salah satu tiang bendera tertinggi di dunia. Tiang bendera ini menjadi saksi kemerdekaan Malaysia pada tanggal 31 Agustus 1957.
City Galery
Selanjutnya kami singgah di City Gakery. Bangunan ini masih sama corak arsitekturnya dengan bangunan-bangunan sebelumnya. Di depan samping bangunan ada patung I Love KL besar sekali dan banyak orang antri berfoto di bangunan itu. Namun yang menarik perhatian kami adalah aktivitas di bagian belakang bangunan ini. Nampak sebuah mobil menurunkan seekor kuda hitam besar. Karena tertarik kami pun mendekati kuda. Ternyata orang-orang disana ramah dan mengizinkan Anin membelai-belai kuda di dalam kandangnya.
Anin dicium kuda
Pengalaman baru buat Anin bisa menyentuh kuda secara langsung bahkan mau dicium sama kuda 😀 :D. Disamping kandang kuda ada kereta kencana mewah yang memang disewakan untuk pengunjung berjalan-jalan dengan kereta kuda mengelilingi Dataran Merdeka.
Matahari sangat terik pada masa itu jadi kami pun tidak begitu menikmati perjalanan. Kami berjalan melalui Nasional Textile Museum. Dan lanjut mencari minum di minimarket dekat situ karena tidak tahan dengan sinar matahari yang begitu menyengat. Setelah beristirahat sejenak perjalanan sejanjutnya menuju stasiun monorail yang ada di dekat masjid Jamek menuju Menara Petronas.
Ngadem di Menara Kembar Petronas
Keluar dari stasiun subway, menara kembar Petronas tidak nampak. Eh, benar saja, kami berada di sisi samping bangunan dan perlu berjalan memutar ke depan untuk bisa melihat menara kembar. Yup, sudah nampak dari depan sekarang tapi matahari masih terik jadi ngadem dulu di mall bawah menara kembar. Tidak jauh beda dengan mall lain di Indonesia. Kami hanya berputar-putar di dalam melihat-lihat tapi tidak beli apa-apa. Di bagian tengah banyak toko-toko yang menjual pernak pernik menara kembar. Setelah bosan melihat-lihat kami pun keluar. Masih panas juga matahari di luar padahal sudah agak sore. Ngadem saja di taman depan menara petronas sambil lihat orang foto-fotoan. Lucu lihat orang narsis di depan menara sambil bergantian minta foto. Kalau kami sih duduk aja, masih lelah dengan terik matahari.
Menara Kembar Petronas
Tidak lama di menara kembar kami memutuskan untuk naik taksi menuju KL Tower atau menara Kuala Lumpur. Taksi dari depan menara kembar bisa di tawar lho, pandai-pandai menawar ya kalau kalian berkunjung ke sini. Kami pun meluncur ke menara Kuala Lumpur dengan taksi. Sebenarnya lokasi menara kembar Petronas dengan Menara Kuala Lumpur tidak terlalu jauh, namun akan menjadi jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki.
Melihat Kuala Lumpur dari ketinggian
KL Tower (sumber: ageholdsnobunds.wordpress)
Menara Kuala Lumpur ini seperti halnya Monas di Jakarta atau Menara Makau. Menara Kuala Lumpur ini memiliki ketinggian 421 meter. Untuk menuju ke atas kita bisa naik elevator yang sangat cepat, sekitar 54 detik untuk sampai tempat observasi.
Menara Kembar Petronas dilihat dari atas Menara KL
Dari tempat observasi dapat disaksikan pemandangan Kuala Lumpur secara keseluruhan. Di bagian atas lagi juga ada restoran berputar 360 derajat. Kalau menurutku, hampir sama dengan Menara Makau. Sudah sore dan perut sudah minta diisi, kami menyempatkan untuk bersantap sore di tempat makan di bawah Menara KL.
Lanjut kembali dulu ke hotel, rencananya mau menyegarkan diri mandi setelah seharian berpeluh kepanasan, trus jalan-jalan malam ke Pecinan dan menyusuri malam di Bukit Bintang, lalu pagi lanjut ke Bukit Caves. Dan ternyata dalam perjalanan taksi si kecil tertidur pulas, sampai hotel masih tidur. Kasihan mau bangunkan. Mungkin kecapean jalan seharian panas-panas. Akhirnya, malam itu berakhir di hotel saja dan paginya mengurungkan niat ke Batu Caves karena waktunya terlalu mepet untuk perjalanan ke bandara. Jadi, jalan-jalan saja di sekitar Bukit Bintang pagi-pagi lanjut sarapan hidangan timur tengah trus kembali ke hotel untuk persiapan ke bandara.
C U Kuala Lumpur, semoga kita bisa berjumpa kembali…….:D 😀